Macam2 Kepribadian Manusia

Abdul Fattah Rashid Hamid Ph.D., Seorang psikolog Muslim lulusan St. Louis University USA ,

 7 Kepribadian Manusia


dalam bukunya “ Pengenalan Diri dan Dambaan Spiritual” menyebutkan bahwa perjalanaan setiap Individu dalam menuju kesempurnaan kepribadiannya akan melewati tingkatan kepribadian sebagai berikut :

Kepribadian Tingkat I : AN-NAFS al- AMARAH


Pada tingkat ini manusia condong pada hasrat dan kenikmatan dunia. Minatnya tertuju pada pemeliharaan tubuh, kenikmatan selera-selera jasmani dan pemanjaan Ego. Di tingkat ini iri, serakah, sombong, nafsu seksual, pamer, fitnah, dusta, marah dan sejenisnya, menjadi paling dominan.

Kepribadian Tingkat II : AN-NAFS al-LAWWAMAH


Pada tingkat ini manusia sudah mulai melawan nafsu jahat yang timbul, meskipun ia masih bingung tentang tujuan hidupnya. Jiwanya sudah melawan hasrat-hasrat rendah yang muncul. Diri masih menjadi subjek yang dikendalikan hasrat-hasrat yang bersifat fisik, ia masih sering tertipu oleh muslihat dunia yang sementara ini.

Kepribadian Tingkat III : AN-NAFS al- MULHIMA


Pada tingkat ini manusia sudah menyadari cahaya sejati tidak lain adalah petunjuk Allah. Semangat Takwa dan mencari Ridha Allah adalah semboyannya. Ia tidak lagi mencari kesalahan-kesalahan orang lain tetapi ia selalu introspeksi untuk menjadi hamba Allah yang lurus. Ia selalu berzikir dan mengikuti sunnah nabi Muhammad SAW.

Kepribadian Tingkat IV : AN- NAFS al-QANAAH


Pada tingkat ini hati telah mantap, merasa cukup dengan apa yang dimilikinya dan tidak tertarik dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Ia sudah tidak ingin berlomba untuk menyamai orang lain .
Ketinggalan ‘status ‘baginya bukan berarti keterbelakangan dan kebodohan. Ia menyadari bahwa ketidakpuasan atas segala sesuatu yang telah ditetapkan Allah menunjukkan keserakahan dan ketidakmatangan pribadi. Pada tingkat ini , manusia mengetahui bahwa seseorang tidak dapat memperoleh kebaikan apapun kecuali dengan kehendak Allah. Hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik dalam situasi apapun.

Kepribadian Tingkat V : AN-NAFS al- Mut’MAINNAH


Pada tingkat ini manusia telah menemukan kebahagiaan dalam mencintai Allah SWT. Ia tidak ingin memperoleh pengakuan dalam masyarakat atau apapun tujuannya. Jiwanya telah tenang, terbebas dari ketegangan, karena pengetahuannya telah mantap bahwa segala sesuatu akan kembali pada Allah. Ia benar-benar telah memperoleh kualitas yang sangat baik dalam ketenangan dan keheningan.

Kepribadian Tingkat VI : An-NAFS al- RADIYAH


Ini adalah ciri tambahan bagi jiwa yang puas dan tenang. Ia merasa bahagia karena Allah Ridha padanya . Ia selalu waspada akan tumbuhnya keengganan yang paling sepele terhadap kodratnya sebagai abdi Tuhan. Ia menyadari bahwa islam adalah fitrah insan dan ia pun haqqul yaqin pada firman Allah : “.....Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu...” Ia patuh pada Allah semata-mata hanya sebagai perwujudan rasa terimakasih nya.

Kepribadian Tingkat VII : An-Nafs al-KAMILAH


Ini adalah tingkat manusia yang telah sempurna (al-insan al –Kamil)
Kesempurnaannya adalah kesempurnaan moral yang telah bersih dari semua hasrat kejasmanian sebagai hasil kesadaran murni akan pengetahuan yang sempurna tentang Allah. “Selubung diri “ nya telah terbuka hanya mengikuti kesadaran Ilahi. Nabi Muhammad SAW adalah contoh manusia yang telah sampai pada tingkat ini. Kepribadiannya mengungkapkan segala hal yang mulia dalam kodrat manusia .

Ditingkat mana diri berada? ..........................

Seorang ahli hikmah berkata ; “Barangsiapa hendak memperbaiki jiwa hendaklah bersungguh-sungguh menekan diri sampai terbebas dari keburukannya “
Wallahualam bishawab

Sungai Bawah Laut Menurut Al Quran

Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Qur'an.Surah Al Furqan:53)

Sungai Di Bawah Laut Mexico

Jika anda seorang penyelam, maka anda harus mengunjungi Cenote Angelita, Mexico. Disana ada sebuah gua. Jika anda menyelam sampai kedalaman 30 meter, airnya air segar (tawar), namun jika anda menyelam sampai kedalaman lebih dari 60 meter, airnya menjadi air asin, lalu anda dapat melihat sebuah “sungai” di dasarnya, lengkap dengan pohon dan daun daunan.

Setengah pengkaji mengatakan, itu bukanlah sungai biasa, itu adalah lapisan hidrogen sulfida, nampak seperti sungai… luar biasa bukan? Lihatlah betapa hebatnya ciptaan Allah Subhana wata'ala

9 Waktu Terbaik Membaca Surat Al Ikhlas

Pada kesempatan kali ini, kami akan membahas waktu yang dianjurkan membaca surat Al Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan mengamalkannya.

Membaca Surat Al Ikhlas


PERTAMA: WAKTU PAGI DAN SORE (PETANG) HARI


Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlas bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).

Dari Mu'adz bin Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,

Pada malam hujan lagi gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah ntuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau bersabda, "Apakah kalian telah shalat?" Namun sedikitpun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Beliau bersabda, "Katakanlah". Namun sedikit pun aku tidak berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, "Katakanlah". Hingga aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?” Rasulullah bersabda, "Katakanlah (bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A'UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A'UDZU BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan." (HR. Abu Daud no. 5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

KEDUA: SEBELUM TIDUR


Pada waktu ini, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti tadi diulang sebanyak tiga kali.

Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

“Nabi ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlas), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)



KETIGA: KETIKA INGIN MERUQYAH (MEMBACA DO’A DAN WIRID UNTUK PENYEMBUHAN KETIKA SAKIT)



Bukhari membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Apabila Rasulullah صلی الله علیﻪ و سلم hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu'awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen)." (HR. Bukhari no. 5748)

Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.



KEEMPAT: WIRID SEUSAI SHALAT (SESUDAH SALAM)



Sesuai shalat dianjurkan membaca surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali. Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,

“Rasulullah memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari, 9/62)




KELIMA: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAH FAJAR (QOBLIYAH SHUBUH)



Ketika itu, surat Al Ikhlas dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlas dibaca pada raka’at kedua.

Dari’ Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah bersabda,

“Sebaik-baik surat yang dibaca ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah 4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646). Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada point berikut.




KEENAM: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAH BA’DIYAH MAGHRIB



Ketika itu, surat Al Ikhlas dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlas dibaca pada raka’at kedua.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

“Aku tidak dapat menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (HR. Tirmidzi no. 431. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)



KETUJUH: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT WITIR TIGA RAKA’AT



Ketika itu, surat Al A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan surat Al Ikhlas pada raka’at ketiga.

Dari ‘Abdul Aziz bin Juraij, beliau berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, surat apa yang dibaca oleh Rasulullah (setelah membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?” ‘Aisyah menjawab,

“Nabi membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699, Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)

Dalam riwayat yang lain disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.

Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Rasulullah biasanya melaksanakan shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlas)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)

Ibnu Qudamah Al Maqdisi rahimahullah mengatakan,

“Hadits ‘Aisyah tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan “mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)

Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan,

“Hadits ini shahih kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul ‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad bin Hambal, 6/227)

Jadi yang tepat dalam masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).

Namun bacaann ketika witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,

“Yang nampak dari hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)




KEDELAPAN: DIBACA KETIKA MENGERJAKAN SHALAT MAGHRIB (SHALAT WAJIB) PADA MALAM JUM’AT



Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlas dibaca pada raka’at kedua.

Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,

“Nabi biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)




KESEMBILAN: KETIKA SHALAT DUA RAK’AT DI BELAKANG MAQOM IBRAHIM SETELAH TAWAF



Dalam hadits Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,

“Lantas Nabi menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut, beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).” (Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi hal. 56)

Semoga sajian ini bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Cara Berprasangka Baik Kepada Allah SWT

Sesungguhnya Allah Itu Maha Rahman dan Maha Rahim, Maha Pengasih dari segala yang kasih, Maha Penyayang dari segala yang menyayangi. Sifat-Nya Maha Baik kepada siapapun. Meskipun makhluk-Nya durhaka kepada-Nya, namun Dia Tidak Menghentikan takdir-Nya. Allah tetap Memberi rahmat-Nya.

Bagaimana Cara Berbaik Sangka Kepada Allah SWT


Allah Memberi rahmat dan karunia-Nya kepada manusia tidak mengharapkan agar Dia disembah. Allah tidak butuh dita’ati. Seandainya manusia seluruh dunia ini, baik yang pertama sampai yang terakhir, semuanya durhaka, Allah pun tidak merasa dirugikan. Dia tetap Memberi rahmat dan karunia-Nya. Begitu pula, seandainya manusia ini seluruhnya ta’at, Allah pun tidak merasa diuntungkan. Sebenarnya yang membutuhkan Allah adalah manusia. Begitulah sifat Allah, Dia sungguh Maha Baik.

Namun, hanya sedikit hamba yang menyadari akan kebaikan Allah. Karena kebanyakan di antara mereka menilai ‘kebaikan’ Allah hanya dari mata lahiriahnya saja; hanya melalui pengamatan yang tampak. Mereka menilai Allah ‘baik’ kepadanya, jika ia mendapatkan karunia dan kenikmatan. Bila nasibnya kurang baik, ia berkeluh kesah dan menganggap Allah ‘tak sayang’. Kebaikan dan pemberian Allah hanya diukur dengan materi/harta benda.

Padahal, semua yang melekat di tubuh ini merupakan karunia dari-Nya. Renungkanlah, mulai dari rambut kepala, biji mata, organ tubuh, kulit, dan kesempurnaan bentuk, bahkan akal, hati, semuanya adalah pemberian Allah. Bayangkan, seandainya Allah Meminta untuk menebus apa yang kita miliki. Mampukah kita membelinya????

Seorang yang biji matanya rusak lalu menggantikan dengan yang baru, maka ia harus mengeluarkan biaya yang cukup mahal. Kalaupun medis berhasil menanam biji mata baru, itupun pasti tidak sempurna.

Kitapun jarang menyadari oksigen yang kita hirup setiap detik tanpa henti, itupun pemberian Allah. Udara ini merupakan karunia Cuma-Cuma dari-Nya. Bayangkan, jika di sekitar kita tidak ada oksigen. Tentu untuk bernapas kita akan membelinya. Maka, berapa biaya yang harus dikeluarkan setiap hari???

Sungguh Allah itu Maha Baik. Ternyata, terhadap orang yang mendurhakai-Nya pun Allah tetap memberi oksigen untuk bernafas, Dia tidak Menghentikannya.Maka, tidak ada alasan jika kita tidak berbaik sangka kepada-Nya.

Orang-orang yang sudah mencapai makrifat, maka ia selalu berprasangka baik. Bukan karena karunia dan nikmat yang diterimanya sehingga ia bersikap begitu, namun dengan kesadaran tinggi dan ikhlas bahwa mereka memandang Allah Mempunyai sifat Maha Baik, maka mereka harus berbaik sangka.

Baiklah, jika kita tidak mampu melihat sifat Baik-Nya Allah, tetapi cobalah merenungkan ‘kebaikannya’ berupa rahmat dan karunia-Nya. Itu sudah cukup buat kita untuk berbaik sangka kepada-Nya. Jika kita melakukan perenungan tentang masa lalu dan sederetan kemurahan-Nya, maka tak ada alasan bagi kita untuk berkeluh kesah dan berprasangka buruk kepada Allah.

Kata Kata Mutiara Mahatma Gandhi Yang Terkenal

Kali ini saya akan membahas Kata Kata Mutiara Mahatma Gandhi Yang Terkenal, Pria India yang rendah hati ini telah menciptakan gelombang pengaruh tidak saja di negeri tempatnya dilahirkan, namun keseluruh dunia karena kehidupan sederhana yang diteladankannya. Selain kesederhanaan hidupnya, juga karena filosofi hidup yang dianut dan dijalaninya dengan teguh.

Ditunjukkannya ke masyarakat bahwa perjuangan dapat dimenangkan tanpa senjata dan tumpahan darah. Pertempuran dapat dimenangkan dengan cara menjalankan prinsip-prinsip yang sungguh-sungguh kita yakini.

Semakin banyak orang yang datang dalam naungannya karena beliau memberikan keadilan kepada mereka, dengan cara mengajar mereka untuk meminta apa yang mereka inginkan, bukan dengan menuntutnya.

Berikut adalah beberapa Kata Kata Mutiara Mahatma Gandhi yang penuh inspirasi:


1. Jadilah bagian dari perubahan yang ingin kamu saksikan di dunia ini.
2. Ketika kamu berhadapan dengan musuhmu, taklukkan mereka dengan cinta.
3. Tidak ada orang yang dapat menyakitiku tanpa izinku.
4. Tidak ada kesia-siaan yang menguras tubuh kecuali kekhawatiran, dan orang yang punya keyakinan pada Tuhan seharusnya merasa malu kalau masih mengkhawatirkan sesuatu.
5. Orang lemah tidak pernah bisa memaafkan. Memaafkan adalah sifat orang perkasa.
6. Tanpa kekerasan adalah senjata milik orang yang perkasa.
7. Apa pendapat saya mengenai kebudayaan barat? Saya kira itu adalah gagasan yang sangat baik.
8. Bila kamu punya kebenaran, maka kebenaran itu harus ditambah dengan cinta, atau pesan dan pembawanya akan ditolak.

Ada beberapa kata kata bijak mahatma gandhi termasuk yang berikut ini:


1. Kalau kamu ditampar, dengan senang hati hadapkan pipi yang satunya.
2. Tuhan tidak punya agama.
3. Ketidak sempurnaan dan kegagalanku sama banyaknya dengan berkat Tuhan yang diberikan dalam bentuk sukses dan kemampuan, dan keduanya kupersembahkan di kakiNya.
4. Cara terbaik menemukan dirimu adalah dengan meleburkan diri dalam pelayanan orang lain.
5. Bumi cukup menyediakan segala sesuatu untuk memuaskan kebutuhan semua orang, bukan semua ketamakan.
6. Kamu dapat merantaiku, kamu dapat menyiksaku, bahkan kamu dapat menghancurkan tubuh ini, tetapi kamu tidak akan dapat memenjarakan pikiranku.
7. Perbedaan antara apa yang kita lakukan dan apa yang mampu kita lakukan sudah cukup untuk menyelesaikan kebanyakan persoalan yang ada di dunia ini.
8. Keyakinan... Harus di dikuatkan dengan alasan... Ketika keyakinan jadi buta, dia akan mati.
9. Sabar berarti siap menderita.
10. Mereka tidak dapat mengambil harga diri kita kalau kita tidak memberikannya kepada mereka.

Taktik Perang Ala Genghis Khan

Taktik dan Organisasi Pasukan Militer Mongol dibentuk dan dirancang oleh Jenghis Khan dan dengan taktik ini Kekaisaran Mongol hampir menaklukkan seluruh benua Asia, Timur Tengah dan bagian timur Eropa
.
Pondasi dasarnya yaitu dari sistem yang dikembangkan dan merupakan kelanjutan dari gaya hidup nomaden dari bangsa Mongol. Hal-hal lain dalam pengembangnya ditemukan oleh Jenghis Khan, atau para jenderal perangnya, dan para penerus dinastinya.

Teknologi budaya dan ahli teknis asing lain yang dipikir berguna untuk sistem pertahanan dan serangan, diadaptasi atau diadopsi kemudian diintegrasikan ke dalam struktur komando pasukan militernya.

Sebagian besar pertempuran pada abad ke-13, yang dilakukan bangsa Mongol, mereka hanya kehilangan atau mengalami kekalahan beberapa pertempuran dengan menggunakan sistem itu yang diterapkan Jenghis khan, tapi kekalahan-kekalahan itu pun selalu diraih kembali, kekalahan itu dijadikan pembelajaran dan kemudian dievaluasi sehingga hasilnya diubah jadi kemengan.

Dalam banyak kasus, mereka menang melawan tentara lawan yang secara signifikan jauh lebih besar. Kekalahan pertama yang mereka alami yang sebenarnya ketika terjadi dalam Pertempuran Ain Jalut di 1260, melawan tentara yang telah dilatih khusus, merupakan pasukan pertama yang dilatih dengan oleh pasukan mereka sendiri, senjata makan tuan.

Pertempuran Itu sekaligus mengakhiri ekspansi Kekaisaran Mongol ke wilayah barat, dan dalam 20 tahun ke depan, Mongol juga menderita kekalahan dalam invasi percobaan ke Vietnam (Annam) dan Jepang.

Tetapi kekalahan itupun secara global dikarenakan Kekaisaran Mongol dalam kondisi terpecah belah dan mulai melemah sebagai dampak besar dari invasi kewilayah lain yang telah mereka lakukan yang berlangsung selama kisaran seratus tahun lebih, dengan mulai timbul pemberontakan dan pemisahkan diri oleh wilayah bawahnya yang pernah ditaklukan oleh pasukan Kekaisaran Mongol.



Organisasi dan karakteristik Pasukan


A.  Sistem Desimal



Jenghis Khan mengorganisir tentara Mongol ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan sistem desimal. Satu unit atau regu pasukan, terdiri dari 14-60 orang, yang secara rekursif dibangun dari kelompok terdiri dari 10 (Arav), 100 (Zuut), 1.000 (Minghan), dan 10.000 (Tumen), masing-masing dengan sistem pelaporan oleh pemimpin pasukan dari tingkat lebih rendah ke tingkat berikutnya yang lebih tinggi. Unit-unit regu pasukan itu diawasi oleh seorang intendan (kepala divisi pasukan) Tumen, yang disebut jurtchi.

Artinya total pasukan dapat dihitung sekitar minimal 140 ribu sampai 600 ribu orang dengan diambil rata-rata sekitar 440 ribu orang pasukan Kekaisaran Mongol yang tersebar di Wilayah Monggol sendiri dan wilayah-wilayah bawahannya yang sudah ditaklukan.

Jenghis Khan menghargai mereka, yang telah setia kepadanya selama tahun-tahun sampai ia naik ke puncak kekuasaannya, melalui surat keputusan yang dibuat dari markas besarnya. Para Tumen, dan Minghan, diperintahkan oleh seorang Noyan, yang diberi tugas untuk mengelola wilayah secara administratif pada wilayah yang sudah ditaklukan.

Dari Sejumlah Tunmen, kira-kira dua sampai lima Tumen, kemudian akan membentuk sebuah Ordu yang berarti sebuah korps gabungan  tentara atau pasukan tempur, yang mana istilah kata "Horde" atau unit tentara gabungan itu dibentuk atas perintah para Khan atau para jenderal mereka (Boyan).

Sebuah Ordu adalah sebuah unit tentara gabungan yang diatur secara ketat dengan sistem organisasi dan tampilan bentuk formasi pasukan yang seragam.

Transfer atau perpindahan antar unit regu pasukan dilarang. Para pemimpin pada tingkat masing-masingnya memiliki lisensi atau wewenang penuh untuk mengeksekusi perintah mereka sendiri dengan cara yang mereka anggap terbaik.

Struktur komando pasukan dengan sistem diatas terbukti sangat fleksibel dan memungkinkan tentara Mongol untuk menyerang secara massal, membagi menjadi kelompok-kelompok lebih kecil untuk memimpin pengepungan dalam penyergapan pasukan lawan, atau membagi menjadi kelompok-kelompok kecil terdiri dari 10 tentara atau lebih ketika melarikan diri atau terpecah belah saat pertempuran berlangsung.

Setiap tentara secara individu bertanggung jawab atas peralatan dan senjata yang mereka miliki (senjata inventaris pasukan), sekurang-kurangnya masing-masing dari mereka memiliki lima jenis senjata.

Meskipun mereka berperang sebagai bagian dari unit pasukan tetapi keluarga dan hewan tunggangan para personil pasukan akan menemani pada setiap ekspedisi keluar wilayah.

Dari semua unit pasukan yang ada, terdapat pasukan elit yang disebut keshig. Pasukan itu berfungsi sebagai penjaga kekaisaran Kekaisaran Mongol serta tempat pelatihan bagi perwira muda potensial, Subutai Agung (penasihat militer para pewaris Jenghis Khan) memulai karirnya di sana.

B.   Memutuskan Hubungan Mata Rantai Kelompok Kesukuan


Sebelum era Jenghis Khan, banyak suku dan konfederasi didaratan Mongol, termasuk diantaranya Suku-suku bangsa Naiman, Merkit, Tatar, Mongol, dan Keraits. Mereka pada awalnya sering saling melakuan penyergapan satu sama lain atau bahkan saling bergabung melakukan itu Permusuhan ini berlangsung berabad-abad lamanya.

Saling balas dendam. Selain itu, banyak kelompok keluarga dan individu telah dikucilkan dari suku mereka karena berbagai alasan dan tinggal di luar perlindungan suku. Kelompok-kelompok yang terakhir inilah yang disambut oleh Jenghis Khan untuk bergabung dengan pasukannya.

Ketika terjadi penggabungan tentara baru ke dalam tentara inti, Jenghis Khan membagi tentara di bawah pemimpin yang berbeda untuk memecah hubungan sosial dan kesukuan tersebut, sehingga tidak ada pembagian berdasarkan garis keturunan dari aliansi suku-sukunya.

Dengan demikian, ia membantu untuk mempersatukan masyarakat yang berbeda dan terbentuklah loyalitas baru dari setiap pasukan, satu sama lainnya.

Namun demikian, identitas kesukuan lama tidak sepenuhnya hilang, masih terdapat dari beberapa suku yang merupakan orang-orang Jenghis Khan sebenarnya yang dengan tetap setia kepadanya sepanjang tahun, secara keras tetap mempertahankan beberapa integritas dan rasa identitas sebagai kelanjutanya, sedangkan Suku-suku bangsa seperti Tatar, Mergids, Keraits, Naiman dan klan bekas musuhnya yang awalnya lebih kuat dari Jenghis Khan benar-benar telah terputus kesatuan mereka.

Oleh karena itu, ada contoh misal Tunmen Ongut tetapi tidak pernah merupakan bagian dari Tumen Tatar, padahal klan Ongut bagian dari suku bangsa Tartar.

Promosi jabatan diutamakan berdasarkan prestasi. Setiap pimpinan unit pasukan bertanggung jawab atas kesiapan prajuritnya setiap saat dan akan diganti jika ditemukan dan dinilai adanya ketidakcakapan dalam memimpin.

Promosi jabatan juga diberikan atas dasar kemampuan, bukan atas identitas asal muasal kelahirannya, dengan kemungkinan pengecualian untuk kerabat dari Jenghis Khan sendiri tentunya, yang merupakan tingkat komando tertinggi pada hirarki pasukan.

Sebuah contoh yang baik akan Subutai, putra seorang pandai besi (profesi yang sangat terhormat sebenarnya pada masa, tetapi biasanya tidak ditakdirkan untuk jadi calon pemimpin).

Contoh dalam serangkaian invasi penaklukan Eropa Barat dan Timur, secara normal harusnya komando dipegang oleh Batu Khan, cucu Jenghis Khan. Dua pangeran lainnya yang sedarah dengan Batu Khan mengepalai masing-masing sayap pasukan itu.

Tapi ketiga pangeran anak Jenghis Khan tersebut secara operasional berada di bawah pengendalian Subutai. Setelah menerima berita kematian Ogedei Khan (putra dan penerus Jenghis Khan) pada tahun 1243. Itulah Subutai, yang mengingatkan ketiga pangeran yang ogah-ogahan atas tugas dinasti mereka dan Subutai memerintahkan para Tumen untuk naik kembali ke Mongol. Dengan demikian, kejadian ini menyelamatlah Eropa dari pukulan kehancuran total lebih lanjut.


C.  Mobilitas atau Kemampuan Bergerak Pasukan


Setiap tentara Mongol biasanya memiliki dan memelihara 3 atau 4 ekor kuda. Personil pasukan sering melakukan pergantian kuda saat perjalanan dengan kecepatan tinggi selama berhari-hari tanpa berhenti.

Kemampuan mereka untuk bertahan hidup dari alam sekitarnya dan dalam situasi yang ekstrim mereka mengandalkan hewan peliharaanya (terutama susu kuda), membuat tentara Mongol jauh lebih sedikit dari ketergantungan kepada petugas pemasok logistik kebutuhan pangan secara tradisional.

Dalam beberapa kasus, seperti selama invasi dari Hungaria pada awal 1241, mereka melakukan perjalanan hingga 100 mil (160 km) per hari (24 jam), yang pada masa itu tidak pernah pernah terdengar ada pasukan yang mampu melakukannya.

Kemampuan bergerak prajurit secara individu memungkinkan untuk mengirim mereka pada misi untuk berhasil mengumpulkan informasi intelijen tentang rute dan mencari daerah untuk medan perang sesuai dengan taktik tempur yang disukai pasukan Mongol.

Selama invasi atas Kievan Rus, bangsa Mongol menggunakan sungai beku sebagai jalur lintasnya. Musim dingin ini seharusnya tahun-tahun dimana masa terlarang untuk setiap kegiatan utama karena sungguh sangat dingin, tetapi bagi bangsa Mongol menjadi waktu yang digunakan untuk menyerang.

Untuk menghindari hujan panah atau senjata yang mematikan dari tentara Mongol, lawanya mengantisifasi dengan cara menyebar atau mencari perlindungan, dengan memecah formasi membuat lawanya lebih rentan terhadap incaran para pasukan ahli mengunakan tombak dari pasukan Mongol.

Demikian halnya juga kalau lawanya tergabung dalam satu induk pasukan besar, mereka akan menjadi lebih rentan lagi terhadap serangan pasukan pemanah.

Setelah musuh dianggap cukup lemah dan terpencar, para Noyan (panglima pasukan) akan memberikan isyarat. Maka drum akan ditabuh dan diikuti isyarat dari bendera, ini tanda bagi para pasukan yang ahli mengunakan tombak untuk memulai tugas mereka.

Seringkali, kehancuran dengan serbuan hujan panah pun sudah cukup untuk mengusir lawannya, sehingga pasukan ahli-ahli tombak hanya diperlukan untuk membantu mengejar dan menyergap sisa-sisa pasukan lawan yang pontang-panting kabur, menyelamatkan diri.

Ketika menghadapi tentara Eropa, yang lebih menekankan bentuk formasi kavaleri berat, tentara Mongol akan menghindari konfrontasi langsung, dan sebaliknya akan menggunakan busur mereka untuk menghancurkan kavaleri musuh pada jarak jauh. Jika baju besi bertahan dari serangan panah mereka, bangsa Mongol akan menyerang kuda-kuda para ksatri, sehingga hanya meninggalkan seorang pria berat lapis baja dengan berjalan kaki dan terisolasi dari yang lainya. Alhasil kesatria-kesatria itu menjadi bulan-bulanan dan santapan lezat para pembantai yaitu pasukan Mongol

Pada Pertempuran Mohi, tentara Mongol membuka celah di barisan mereka, hal ini tentunya memikat orang-orang Hongaria untuk mundur melalui celah itu.

Hal ini mengakibatkan Hungaria yang terdiri dari pedesaan yang telah dihancurkan sebelumnya menjadi tempat pelarian bagi mereka yang melarikan diri dari pertempuran dan inilah saatnya bagi para pemanah pasukan mongol yang bersembunyi dibalik gunung, yang hanya dengan memacu kudanya secara serentak lalu menghabisi mereka, sedangkan pasukan ahli tombak ditusuk menusuk dengan seenak hatinya.

Pada pertempuran Legnica, para kesatria berkuda Teutonik, Templar dan Hospitaller hanya sedikit yang mampu berdiri turun dari kudanya yang terbunuh akibat diserang pasukan Mongol, dan tidak bisa berjalan apalagi berlari dengan cepat. Jelas! Terang saja ketidakbebasan bergerak ini akibat pakaian perang yang digunakan dan dengan demikian para pasukan pemanah Mongol memastikan mereka dihabisi semua.


C.   Pelatihan dan Disiplin




Unit regu pasukan tentara Mongol terus menerus  berlatih baik menunggang kuda, memanah, atau taktik formasi dan rotasi tempur. Pelatihan ini dikelola dengan disiplin keras, tapi bukan berarti kasar atau pelatihan yang tidak masuk akal, latihan yang manusiawi, tapi intinya yang membuat mereka tangguh adalah displin akan latihan itu sendiri.

Pejabat teras seperti biasanya diberi kelonggaran luas oleh atasan mereka dalam melaksanakan perintah yang mereka jalankan, selama tujuan yang lebih besar dari rencana itu dilayani dengan baik dan perintah segera dipatuhi.

Sehingga tentara Mongol terhindar dari disiplin yang terlalu kaku dan micro management inilah yang telah terbukti menjadi momok untuk angkatan bersenjata sepanjang sejarah. Namun, semua anggota pasukan harus setia dengan tanpa syarat atas satu sama lain dan terlebih kepada atasan mereka, dan lebih jauh lagi terutama terhadap Khan, Kaisar Mongol.

Jika seorang tentara lari dari situasi bahaya dalam pertempuran, kemudian ia dan sembilan rekannya dari arva (kelompok terkecil dari pasukan seperti disebutkan sebelumnya) akan menghadapi hukuman mati bersama-sama.

Salah satu metoda pelatihan unik yang orang Mongol gunakan adalah dengan cara melakukan berburu dengan sekala besar, diselenggarakan setiap tahun di stepa (area daratan luas yang terdiri dari semak belukar). Para penunggang kuda Mongol akan membuat lingkaran besar, dan mengusir segala macam binatang kemudian digiring menuju pusat perburuan.

Hal ini melatih bergerak manuver secara dinamis yang sangat diperlukan juga saat di medan perang, bangsa Mongol akan menjebak semua binatang dari berbagai jenis dalam pengepungan mereka, dan atas perintah komandan mereka, mulai pembantaian.

Jika pemburu membunuh setiap makhluk sebelum waktu yang ditentukan, atau jika ada satu binatang yang memungkinkan untuk melarikan diri dari cincin lingkaran perburuan, mereka akan dihukum. Dengan demikian bangsa Mongol mampu melatih, menikmati rekreasi berburu, dan sekaligus mengumpulkan makanan untuk pesta besar-besaran.


D. Kavaleri atau Pasukan Tempur Berkuda



Enam dari setiap sepuluh tentara Mongol merupakan pasukan kavaleri ringan, pemanah berkuda, empat sisanya termasuk kavaleri berat berat karena berbaju  lapis baja dan ahli bersenjata tombak.

Boleh dikatakan bahwa tentara Mongol adalah pasukan kavaleri ringan bahkan sangat ringan dibandingkan dengan standar kavaleri kontemporer, yang memungkinkan mereka untuk mengeksekusi taktik dan manuver yang akan menjadi tidak praktis untuk musuh yang lebih berat (seperti ksatria Eropa).

Sebagian besar pasukan yang tersisa 2/5-nya adalah kavaleri berat dengan bersenjatakan tombak untuk pertempuran jarak dekat setelah pasukan pemanah yang telah membawa musuh ke dalam situasi kekacauan.

Pasukan pemanah ini juga biasanya secara otomatis bisa melakuan pertempuran jarak dekat dengan senjata pedang, kapak atau senjata tempur jarak dekat yang lainya.

Pasukan tentara Mongol melindungi kuda-kuda perang mereka dengan cara yang sama seperti yang dilakukan atas diri mereka sendiri, menutupi mereka dengan baju besi pipih.

Baju besi kuda dibagi menjadi lima bagian dan dirancang untuk melindungi setiap bagian dari kuda, termasuk dahi, yang memiliki plat khusus yang dibuat dengan cara diikat di setiap sisi leher.

Kuda perang pasukan Mongolia relatif kecil, dan akan kalah berlalri pada jarak pendek jika adu tanding balapan dalam kondisi yang sama dengan kuda yang lebih besar dari daerah lain, khususnya di Eropa.

Namun demikian, karena tentara lawanya yang berjalan perlengakapan perang yang jauh lebih berat, kuda pasukan Mongol masih bisa berlari lebih cepat dari pasukan berkuda musuh dalam situasi pertempuran.

Selain itu, kuda perang pasukan Mongolia yang sangat tahan dikendarai lama dan kokoh, yang memungkinkan pasukan Mongol untuk bergerak jarak jauh secara cepat, terkadang lawannya sering dikejutkan dengan serangan tiba-tiba padahal mereka memprediksi dengan perhitungan waktu mereka sendiri masih kisaran beberapa hari lagi atau minggu kemudian  atas kedatangan pasukan Mongol.

Hal ini memberi efek kejut yang luar biasa, itulah salah satu keunggulan dari tentara Mongol.

Semua kuda yang dilengkapi dengan sanggurdi (tempat menyimpan panah). Ini keuntungan teknis membuat lebih mudah bagi para pemanah Mongol untuk mengubah tubuh bagian atas mereka, dan menembak ke segala arah, termasuk ke belakang.

Prajurit Mongol akan mengatur waktu untuk setiap bilangan dari panah yang dilepaskan, dan dari ketinggian kurang lebih antara 2-3 meter dari tanah, parajurit itu bisa mempredikisi jarak dengan lawan dari mendengar derap kuda yang ditimbulkan sehingga mampu memastikan baik sasaran tembak dengan mantap

Setiap prajurit memiliki dua sampai empat ekor kuda sehingga ketika kuda yang dipakai sudah lelah mereka bisa menggunakan yang lain dan itulah yang membuat mereka merupakan salah satu tentara tercepat di dunia.

Namun, ini juga membuat tentara Mongol rentan terhadap kekurangan pakan ternak; terutama jika ekspedisi penyerangan dilakukan di daerah kering atau hutan, dengan demikian membawa kesulitan tersendiri dan bahkan di daerah padang rumput yang ideal pun, pasukan Mongol harus terus bergerak untuk memastikan cukup persediaan rumput sebagai pakan untuk ternak kuda yang begitu besar jumlahnya, 2-4 kali lipat dari jumlah pasukan meraka sendiri.

E. Logistik


Tentara Mongol dalam melakukan perjalanan semisal long march terlihat sangat ringan, dan mampu bertahan hidup karena bisa memenuhinya dari alam sekitarnya. Peralatan mereka untuk memenuhi kebutuhan itu termasuk kait ikan dan alat berburu lainnya yang dimaksudkan agar membuat setiap prajurit terlepas dari sumber pasokan tetap.

Bahan makanan dalam perjalanan yang paling umum dari pasukan Mongol yaitu daging yang dikeringkan disebut "Borts", yang masih umum dalam masakan bangsa Mongolia sampai saat ini. Borts ringan dan mudah dibawa untuk perjalanan dan dapat dimasak dengan air, sama dengan sup "makanan instan, cepat saji" jaman modern sekarang.

Pasukan Mongol selalu akan memastikan dia memiliki dan membawa kuda yang kondisinya segar bugar, para prajurit yang masing-masing biasanya memiliki kuda 2 sampai 4 jumlahnya Dan karena sebagian besar kuda perang bangsa Mongol adalah kuda tunggangan, mereka bisa hidup dari kuda mereka itu 'susu atau produk lainnya bila diperlukan.

Dalam kondisi sulit, prajurit Mongol bisa minum sedikit dari darah kuda tersebut dengan menyobek nadinya. Mereka bisa bertahan hidup sebulan hanya dengan minum susu kuda yang dikombinasikan dengan darah kuda juga.

Peralatan berat dibawa gerobak dengan pasokan yang terorganisir dengan baik. Gerobak diperuntukan antara lain untuk stok pasokan besar panah.

Hal paling utama untuk pasokan logistik yang terbatas, didepan perjalanan mereka harus memastikan menemukan cukup buat pasokan makanan dan air untuk mereka sendiri dan hewan yang dibawa. Dalam semua ekspedisi militer yang memakan waktu lama, para prajurit membawa serta keluarga mereka.

F. Komunikasi


Bangsa Mongol membangun sistem stasiun atau pos relai kuda, mirip dengan sistem yang digunakan di Persia kuno untuk transfer secara cepat pesan-pesan tertulis. Sistem surat Mongol adalah seperti sistem pertama kerajaan besar Kekaisaran Romawi.

Selain itu, komunikasi medan perang Mongol memanfaatkan bendera dan tanduk isnyarat serta pada tingkat lebih rendah, dilakukan oleh isyarat panah untuk mengkomunikasikan perintah pergerakan pasukan selama pertempuran.


G. Kostum atau Seragam


Kostum atau seragam dasar orang Mongol untuk pertempuran terdiri dari mantel berat yang diikat di pinggang dengan sabuk kulit. Pada sabuk tersebut akan menggantung pedang, belati, dan mungkin kapak. Ini mantel jubah yang dilipat bidang badan kiri 2 kali lipatan dan diamankan oleh sejenis tombol atau kancing beberapa inci di bawah ketiak kanan.

Mantel tersebut dilapisi dengan bulu. Di bawah mantel, pakaian dalam seperti sebuah kemeja lengan panjang dengan baju longgaryang umum dipakai.terbuat dari sutra dan benang logam, yang semakin banyak digunakan. Bangsa Mongol mengenakan kaus pelindung adalah sutra berat.

Bahkan jika panah menembus lapisan pelindung luar mereka atau garmen kulit luar, panah itu tidak mungkin untuk benar-benar menembus sutra, sehingga mencegah anak panah dari bahaya yang menyebabkan kematian.

Sepatu bot yang terbuat dari kulit dan meskipun berat akan terasa nyaman dan cukup lebar untuk mengakomodasi celana terselip sebelum dikat erat dengan tali. Mereka mengunakan sejenis sepatu meskipun heelless, tidak tinggi, disol tebal dan dilapisi dengan bulu.

Dikenakan juga dengan kaus kaki, sehingga membuat kaki tidak mungkin untuk mendapatkan rasa dingin.

Baju besi pipih yang dikenakan di atas mantel tebal. Baja ini terdiri dari besi dengan skala kecil, serat berantai, atau kulit keras yang dijahit bersama dengan penjepit kulit dan bisa ditimbang kurang lebih 10 kilogram (22 pon) jika terbuat dari kulit saja dan lebih berat lagi jika lapisan baja itu terbuat dari sisik logam.

Kulit lapis pertama ini dilunakan dengan cara direbus dan kemudian dilapisi dengan pernis mentah, yang menjadikannya tahan air. Terkadang mantel berat prajurit itu hanya diperkuat dengan pelat logam saja. Mantel ini tentunya tidak terus dipakai, tetapi selama situasi akan melakukan pertempuran saja.

Helm yang berbentuk kerucut dan terdiri dari pelat besi atau baja dengan ukuran yang berbeda dan termasuk besi berlapis penjaga leher. Penutup muka pasukan Mongol adalah berbentuk kerucut dan terbuat dari bahan berlapis, reversibel pada musim dingin, dan penutup telinga.

Apakah helm tentara adalah kulit atau logam tergantung pada pangkat dan kekayaan? Yang pasti semua sama, nilai sebuah nyawa tidak tergantung pangkat dan kekayaan tentunya.

H.  Senjata Perang


Busur panah

Senjata utama pasukan Mongol adalah busur Mongol. Itu adalah busur recurve terbuat dari bahan komposit (otot kayu dan tanduk), dan pada saat yang tak tertandingi untuk mencapai akurasi, kekuatan, dan pencapaian. Geometri busur memungkinkan untuk dibuat relatif kecil sehingga dapat digunakan dan menembak ke segala arah dari kuda.

Quivers berisi enam puluh anak panah yang diikat di punggung pasukan kavaleri. Paukan pemanah Mongol adalah pasukan pemanah yang sangat terampil dengan busur dan dikatakan bahwa mereka mampu membidik burungtepat pada sayapnya.

Kunci kekuatan busur Mongolia adalah konstruksi laminasi, dengan lapisan tanduk rebus dan untuk menambah otot kayu. Lapisan tanduk berada di bagian muka karena tahan kompresi, sedangkan bagian lapisan muka otot berada di luar karena menolak ekspansi. Semua ini memberi kekuatan busur besar yang membuat sangat efektif sekalipun terhadap baju besi.

Busur Mongol bisa menembakan panah keatas sejauh 5 kilometer (0,31 mil). Target tembakan itu mungkin pada kisaran 200 atau 230 meter (660 atau 750 kaki), menentukan jarak dekat taktis yang optimal unit pasukan kavaleri ringan.

Tembakan balistik bisa memukul unit pasukan musuh (tanpa menargetkan sasaran secara individu tentara) pada jarak hingga 400 meter (1.300 kaki), berguna untuk mengejutkan dan menakut-nakuti tentara dan kuda  lawan sebelum memulai serangan yang sebenarnya.

Pemanah pasukan Mongol menggunakan berbagai macam panah, tergantung pada target dan jarak. Chainmail dan beberapa baju besi logam bisa ditembus dari jarak dekat dengan menggunakan panah berat khusus.



Pedang


Mongol adalah pedang pedang sedikit melengkung yang digunakan untuk memotong serangan tetapi juga mampu memotong dan menusuk, karena bentuk dan konstruksi, sehingga lebih mudah untuk digunakan dari kuda.

Pedang dapat digunakan dengan pegangan satu tangan atau dua tangan dan memiliki pisau yang biasa panjangnya sekitar 2 kaki (0,61 m), dengan panjang keseluruhan pedang sekitar 3 kaki (0,91 m) dan mungkin tidak pernah lebih 1 meter (3 kaki 3 inchi).

I.   Taktik Perang “Pengepungan”



Catapults dan mesin pengepungan lainnya


Teknologi adalah salah satu aspek penting dari Mongolia peperangan. Misalnya, mesin pengepungan adalah bagian penting dari perang Jenghis Khan, terutama dalam menyerang kota-kota berkubu atau mempunyai benteng pertahanan.

Mesin pengepungan tidak dibongkar dan dibawa oleh kuda dibangun kembali di lokasi pertempuran seperti tentara Eropa.

Sebaliknya rombongan pasukan Mongol akan melakukan perjalanan dengan insinyur-insinyur terampil yang akan membangun mesin pengepungan dari bahan di tempat pertempuran.

Para insinyur membangun mesin direkrut diantara para tawanan, sebagian besar dari Cina dan Persia. Ketika pasukan Mongol membantai seluruh populasi, mereka sering terhindar yaitu insinyur dan teknisi, secara cepat diasimilasi mereka ke dalam tubuh pasukan tentara Mongol.

Kharash


Sebuah taktik yang umum digunakan adalah penggunaan apa yang disebut "kharash". Selama pengepungan Mongol akan berkumpul dengan kerumunan penduduk setempat atau tentara yang menyerah dari pertempuran sebelumnya, dan akan menyuruh mereka maju dalam pengepungan dan pertempuran.

Ini sejenis "papan hidup" atau "perisai manusia" sering menjadi korban ujung panah lawan, sehingg para prajurit Mongol dibagian posisi lebih aman. Kharash itu juga sering dipaksa didepan untuk mendobrak dinding pertahanan.

J. Strategi Menjaga Sang Panglima Perang


Taktik pasukan Mongol di medan perang adalah kombinasi hasil ahli pelatihan dengan komunikasi yang baik dan disiplin dalam menghadapai kekacauan pertempuran.

Mereka dilatih untuk hampir setiap kemungkinan terjadi, jadi ketika itu terjadi, mereka bisa bereaksi dengan menyesuaikan diri. Tidak seperti kebanyakan lawan mereka, Pasukan tentara Mongol juga dilindungi perwira mereka dengan baik.

Pelatihan dan disiplin memungkinkan mereka untuk melawan tanpa memerlukan pengawasan atau intruksi terus menerus dan berantai, yang sering menempatkan posisi komandannya dalam situasi berbahaya.

Bila mungkin, komandan pasukan Mongol harus menemukan dan menempati tanah tertinggi yang tersedia, di mana mereka bisa membuat keputusan dan kesimpulan taktis didasarkan pada pandangan terbaik dari peristiwa yang terjadi di medan perang.

Selanjutnya, keberadaannya di tempat yang tinggi memungkinkan pasukan mereka untuk mengamati lebih mudah perintah yang disampaikan oleh isyarat bendera daripada perintah itu disampaikan dilevel ketinggian yang sama.

Selain itu, komandan tinggi di tempatkan ditanah tertinggi membuat mereka lebih mudah untuk menjaga dan mempertahankannya.

Tidak seperti tentara Eropa, yang sangat besar menekankan pada keberanian pribadi, dan dengan demikian ketika pemimpin mereka mati oleh orang-orang yang cukup berani untuk membunuh mereka, bangsa Mongol menganggap pemimpin mereka sebagai aset vital.

Sebuah hal yang umum seperti halnya Subutai, tidak bisa naik kuda di bagian akhir dari karirnya karena usia dan obesitas, pasti akan diejek keluar dari hampir semua tentara Eropa waktu itu.

Tapi di Mongol dia masih diakui dan dihormati atas kekuatan insting dan strategi militernya, yang telah menjadi salah satu bawahan yang Jenghis khan yang paling mumpuni dan disegani, jadi dia nyantai aja walau diangkut di dalam gerobak.

K.  Intelijen dan Perencanaan


Bangsa Mongol sangat hati-hati dan memata-matai musuh mereka sebelum melakukan invasi apapun. Sebelum invasi Eropa, Batu dan Subutai mengirim mata-mata selama hampir sepuluh tahun ke jantung Eropa, membuat peta jalan Romawi kuno, menetapkan rute perdagangan, dan menentukan tingkat kemampuan masing-masing kerajaan untuk melawan invasi.

Mereka terdidik menebak keinginan dari setiap kerajaan untuk membantu pihak lain, dan memprediksi kemampuan mereka untuk melawan sendiri atau bersama-sama.

Juga, ketika menyerang suatu daerah, bangsa Mongol akan melakukan semua yang diperlukan untuk benar-benar menaklukkan kota-kota tersebut.

Beberapa taktik yang dilakukan adalah mengalihkan jalur sungai-sungai yang mengarah kota-kota yang akan ditaklukan, menutup pasokan pangan dan menunggu penduduknya untuk menyerah, mengumpulkan warga sipil dari daerah terdekat untuk mengisi lini depan untuk serangan kota sebelum mendaki dinding atau tembok pertahanan, dan melakukan perampokan di daerah sekitarnya lalu membunuh beberapa orang, maka membiarkan beberapa yang selamat melarikan diri ke kota utama untuk melaporkan kerugian mereka kepada rakyat utama untuk melemahkan perlawanan, sekaligus menguras sumber daya dari kota karena dengan masuknya secara tiba-tiba para pengungsi.

L. Psy-War (Perang Psikologis) dan Tehnik Kamuflase (Tipuan)


Bangsa Mongol berhasil menggunakan perang psikologis dalam banyak pertempuran mereka, terutama dalam hal menyebarkan teror dan ketakutan ke kota-kota lainya. Mereka sering memberi kesempatan kepada musuh untuk menyerah dan membayar upeti, daripada kota mereka tersebut dijarah dan dihancurkan.

Mereka tahu bahwa penduduk dengan populasi menetap tidak bebas untuk lari seperti populasi nomaden dan bahwa penghancuran kota-kota bagi mereka adalah menjadi kehilangnya terburuk.

Ketika kota-kota tersebut menerima tawaran itu, mereka terhindar dari bahaya, tetapi diperlukan pengorbanan lain yaitu support untuk mendukung tentara Mongol menaklukkan daerah lainnya dengan suplai tenaga kerja, persediaan bahan makanan, dan layanan lainnya yang diminta oleh pasukan Mongol.

Sebaliknya. Jika tawaran itu ditolak, Mongol akan menyerang dan menghancurkan kota-kota tersebut, tetapi memungkinkan warga sipil melarikan diri dan beberapa diantaranya menjadi alat menebar teror dengan melaporkan kerugian mereka.

Laporan-laporan tersebut adalah alat penting untuk menghasut rasa takut pada orang lain. Namun, kedua belah pihak seringkali memiliki kepentingan yang sama jika berbeda motivasinya dalam melebih-lebihkan dahsyatnya peristiwa tersebut.

Bisa jadi dengan melaporkan itu reputasi pasukan Mongol itu akan meningkat bisa juga laporan teror mereka tersebut untuk meningkatkan semangat tentara melawan pasukan Mongol.

Untuk itu, data spesifik (misalnya jumlah korban) yang diberikan dalam sumber-sumber kontemporer perlu dievaluasi dengan hati-hati, lihat segi motivasi dari pemberitaan itu.

Bangsa Mongol juga menggunakan taktik tipu muslihat dengan sangat baik dalam perang mereka. Misalnya, ketika mendekati tentara lawan yang bergerak akan dibagi ke dalam tiga atau lebih kelompok tentara, masing-masing berusaha untuk mengepung dan mengejutkan lawan mereka.

Hal ini menciptakan skenario battlefield, banyak lawannya mengira bahwa pasukan Mongol tampaknya akan bisa muncul entah dari mana saja dan kelihatanya lebih banyak dibanding kenyataan sebenarnya. Mengapit dan atau pura-pura mundur jika musuh tidak dapat diatasi dengan mudah adalah salah satu teknik yang paling sering dipraktekkan.

Teknik lainnya yang umum digunakan oleh pasukan tentara Mongol benar-benar perang psikologis dan digunakan untuk menarik memancing musuh ke posisi rentan dengan menunjukkan diri dari sebuah bukit atau beberapa lokasi yang telah ditentukan sebelumnya, maka menghilang seger ke dalam hutan atau di belakang bukit sementara tentara Mongol yang lainya akan mengapit dengan strategi muncul tibatiba seolah-olah bisa datang entah dari mana saja baik sisi dari kiri, kanan dan atau dari belakang mereka.

Selama awal untuk memulai pertempuran di medan perang, saat berkemah di dekat lokasi musuh-musuh mereka maka di malam hari berpura-pura menunjukan keunggulan jumlah pasukan memerintahkan masing-masing unit pasukan untuk menyalakan sedikitnya lima tempat kebakaran, yang akan terlihat untuk para pengintai musuh atau mata-mata bahwa kekuatan mereka diperkirakan lima kali lebih besar dari jumlah sebenarnya.

Pasukan Mongol juga melakukan trik kamuflase dan teror, dengan cara mengikat cabang-cabang pohon atau daun di belakang kuda mereka dan membiarkan kuda-kuda itu menarik dedaunan dibelakangnya sehingga menyapu tanah; dengan melakukan perjalanan disertati dengan pergerakan yang sistematis dan serempak pasukan Mongol bisa menciptakan badai debu di balik bukit, hal ini dalam rangka menciptakan rasa takut dan juga kamuflase supaya tampak bagi lawan jumlah pasukan mereka jauh lebih besar dari kondisi yang sebenarnya, sehingga memaksa lawannya untuk menyerah.

Karena setiap tentara Mongol seperti disebutkan sebelumnya memiliki lebih dari satu kuda, mereka akan membiarkan para tahanan dan warga sipil juga untuk naik kuda mereka untuk sementara waktu sebelum konflik pertempuran berlangsung, dan tujuannya yang pastinya yaitu kamuflase dari keunggulan jumlah pasukan itu tadi.

M.   Rekrutmen Pasukan Lawan Yang Menyerah


Pasukan Mongol mulai menaklukkan wilayah-wilayah yang lain, sembari merekrut para laki-laki untuk dijadikan bagian dari pasukan tentaranya jika mereka hanya menyatakan menyerah, terutama misalnya bangsa Turki dan bangsa lainnya, seperti Armenia, Georgia dan lainnya, siap-siap saja berada dalam bayang-banyang kehancuran total apalagi menantang perang, pasti digebuk habis

Karena itu, sebagai mereka memperluas ke daerah lain, jumlah pasukan mereka meningkat karena cara perekrutan tadi dari bangsa-bsangsa yang menyatakan takluk, termasuk di dalam serangkaian penaklukan mereka, cara seperti itu yang dilakukan seperti halnya invasi dan pertempuran di Baghdad, tentara lokalan itu bahu membahu menyerbu Bagdad, alhasil pasukan Mongol termasuk pasukan multi nasional karena terdiri dari campuran berbagai bangsa dan berjuang di bawah kontrol dan kepemimpinan Mongol.

N.  Taktik Pertempuran Darat


Para tumen biasanya akan maju di garis depan, lima baris melebar. Tiga baris pertama akan terdiri dari pasukan pemanah berkuda, dua baris terakhir terdiri dari pasukan akhli tombak. Setelah pasukan musuh berada dalam jarak jangkau senjata panah, pasukan Mongol akan mencoba untuk menghindari serangan frontal berisiko atau sembrono (kontras dengan lawan-lawan mereka dari Eropa dan Timur Tengah).

Sebaliknya mereka akan menggunakan serangan pengalih perhatian untuk mengacaukan dilokasi pertempuran utama, sementara pasukan utama mereka berusaha untuk mengepung atau mengelilingi musuh. Sekenarion pertama, para pemanah berkuda akan memberikan sebuah serangan cepat dengan panah api. Suplai panah terus ditambahkan dengan cara dibawa oleh unta-unta yang mengikuti dari jarak dekat untuk memastikan suplai amunisi.

Tehnik Menjepit atau mengapit


Dalam semua situasi medan perang, pasukan akan dibagi ke dalam formasi yang terpisah mulai dari kelompok per 10, 100, 1.000 atau 10.000 prajurit tergantung pada situasi dan kondisi medan tempur serta formasi pasukan lawan. Jika pasukan memecah diri dari kekuatan utama dengan jumlah yang signifikan seperti 10.000 atau lebih prajurit kearah depan atau menyamping maka para komandan yang berada diatas bukit akan memberikan isyarat supaya pasukan berikutnya melapisi dengan jumlah yang sama juga Para pemimpin pasukan Mongol umumnya akan memberikan taktik yang digunakan untuk menyerang musuh.

Misalnya dalam penyerbuan sebuah kota dengan memecah pasukan supaya mengepung dari sebelah kiri dan kanan masing masing 500 prajurit, maka perintah itu akan diterjemahkan dengan disampaikan kepada 5 unit dengan masing-masing unit berjumlah 100 tentara dan pasukan yang diperintahkan akan mencoba mengepung dan melakukan penyerangan dari kedua sisi itu.

Pengepungan dan pembukaan


Alasan utama untuk pengepungan ini adalah untuk mengepung kota sehingga lawannya tidak ada yang bisa meloloskan diridari kedua sisi. Jika terlihat situasi memburuk pada salah satu bidang atau sisinya, pemimpin pasukan dari bukit akan mengarahkan tentara lainya untuk mendukung serangan tadi.

Jika tampak bahwa akan ada masalah yang menyebabkan kerugian yang cukup lumayan dipihak pasukan sendiri, pasukan Mongol akan mundur untuk menyelamatkan diri dan akan mencoba lagi pada hari-hari berikutnya, atau bisa jadi bulan depan setelah mempelajari taktik pertahanan lawannya dalam pertempuran pertama atau bahkan mengirim pesan lagi supaya pihak lawan menyerah, tentunya setelah menimbulkan beberapa bentuk kerusakan dan sabotase terhadap kota yang mau ditaklukan.

Tidak ada ketetapan kapan dan di mana unit-unit pasukan harus dikerahkan, tapi itu semua tergantung pada situasi selama pertempuran berlangsung.

Kelompok-kelompok pasukan memiliki kewenangan penuh pada apa yang harus mereka lakukan pada saat pertempuran terjadi seperti mendukung pasukan pada sisi-sisi lain atau melakukan kamuflase dengan pura-pura mundur pada kondisi yang tepat dalam kelompok-kelompok kecil 100 sampai 1000 selama pertempuran sudah dimulai sesuai dengan arahan umum dan lawan dapat dieliminasi jumlahnya.

Pura-pura Mundur dan Kabur


Pasukan Mongol biasa mempraktekan siasat pura-pura mundur, yang mungkin merupakan taktik medan perang yang paling sulit untuk dilakukan. Hal ini karena kemenangan pura-pura bila berhadapan dengan pasukan terlatih sering dapat berubah menjadi kemenangan yang nyata jika pasukan lawan mampu menekan secara sempurna.

Berpura-pura berantakan dan mengalami kekalahan dalam panasnya pertempuran yang sedang sengit-sengitnya, secara tiba-tiba dalam sekejab pasukan Mongol dapat berubah panik dan berbalik lalu kabur, pada saat poros tengah pasukan lawan bisa ditaik keluar, kemudian dengan segera pasukan Mongol menghabisi pasukan lawannya di saat pasukan lawan lengah karena asik menyerang.

Jika taktik mudur itu diketahui pihak lawanya, maka pasukan Mongol dengan sabar memperpanjang mundur pura-puranya selama beberapa hari atau bahkan bisa dalam hitungan mingguan, hal ini bertujuan untuk meyakinkan pemburuan palsu bahwa mereka benar-benar telah dapat dikalahkan, dan setelah dirasa bahwa lawanya tidak lagi memperketat pertahanan seperti semula. lalu kemudian pasukan yang tadinya mundur dengan cepat akan kembali dan bergabung lagi dengan formasi pasukan utama.



O.  Terakhir! Semangat Juang


Berperang tanpa semangat juang apalah artinya, mati konyol itu pasti! Semangat juang yang dibangun oleh Jenghis Khan, Sang Kaisar Agung, Sang Penakluk, pada dasarnya sama dengan para pemimpin yang lain. Menggunakan semangat spiritual.

Ide dasarnya adalah nuansa religius atau nilai-nilai spiritual dari kepercayaan yang mereka anut. Jenghis Khan berhasil membina karakter pasukannya berdasarkan nilai-nilai itu. Dan sama juga penokohan atas tokoh spiritual itu jatuh pada Jenghis Khan yang dianggap sebagai wakil dari Sang Pencipta.

Nilai-nilai inilah yang terus dikembangkan, dipupuk dan dibina serta dipertahankan, sehingga menimbulkan nilai kepercayaan diri dan kerelaan untuk berkorban.

Jenghis Khan termasuk katagori manusia cerdas menggunakan metode ini untuk memupuk dan menempa semngat juang pasukannya. Jadilah pasukan Kekaisaran Agung Mongol, pasukan yang disetiap pertempuran menjadi bintang lapangannya.

Kelebihan lain, Jenghis khan melakukan kesemuanya itu dengan tauladan dari dirinya sendiri. Itulah sebenarnya inti dari berhsilnya apapun yang dia terapkan terhadap para prajurinya lebih jauh terhadap bangsa Mongol secara keseluruhan.

Terlihat sekali dari prosentase hasil rampasan perang yang dia ambil yang Cuma 10% untuk kas negara dan sebagian dirinya selebihnya buat pasukan secara adil, kehidupan yang merakyat alias penuh kesederhanaan dan nilai-nilai kekeluargaan yang dia bangun.

Lihat. Jika Seorang Kaisar Mongol meninggal, pasukan dimana pun berada pasti ditarik ke induk pasukan utama, sebagian besar kembali ke daratan Mongol untuk menghormati Kaisar mereka.

Cara Menghormati Orang Tua Menurut Agama Islam

Bagi yang belum memiliki anak pasti belum memahami betapa sulitnya untuk membesarkan dan mendidik anak dari kecil hingga menjadi dewasa. Diperlukan kesabaran ekstra, pengorbanan, serta doa yang tidak henti–hentinya dipanjatkan.
Ini mengapa berbakti kepada kedua orang tua menjadi kewajiban bagi kita sebagai umat muslim.
Bahkan perintah ini disebutkan berkali-kali dalam Al Quran juga dianjurkan  Rasulullah SAW
Ibnu Mas’ud berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah, ‘Amalan apakah yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘mendirikan sholat pada waktunya,’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Jawab Beliau, ‘berbakti kepada orang tua,’ lanjut Beliau. Aku bertanya lagi, ‘Kemudian?’ Beliau menjawab, ‘Jihad di jalan Alloh.’” (HR. Al Bukhori no. 5970).
Begitu agungnya amalan berbakti pada orang tua bahkan di atas jihad fi sabilillah, padahal jihad sendiri memiliki keutamaan yang sangat besar pula. Sedangkan bahaya durhaka kepada orang tua diakitkan dengan perbuatan syirik.
Dari hadits Abi Bakrah, Rasulullah bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan dosa yang paling besar ?” para sahabat menjawab, “Tentu.” Nabi bersabda, “(Yaitu) berbuat syirik, durhaka kepada kedua orang tua.” (HR. Al Bukhori).

Adapun Cara Menghormati Orang Tua Yang Masih Hidup dalam islam diantaranya:

1. Mendoakan Kedua Orang Tua

Sesuai dengan hadist nabi Muhammad SAW Doa anak sholeh pahalanya akan tetap mengalir meskipun orang tuanya telah meninggal.
“Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim 1631, Nasai 3651, dan yang lainnya).

Adapun doa mohon ampunan untuk kedua orang tua kita:

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا. وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،اَلْاَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ، وَتَابِعْ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ بِالْخَيْرَاتِ، رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُالرَّاحِمِيْنَ، وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّبِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Artinya : “Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas dosa-dosaku dan dosa-dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah keduanya sebagaimana beliau berdua merawatku ketika aku masih kecil, begitu juga kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat, semua orang yang beriman, laki-laki maupun perempuan yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan ikutkanlah diantara kami dan mereka dengan kebaikan. Ya Allah, berilah ampun dan belas kasihanilah karena Engkaulah Tuhan yang lebih berbelas kasih dan tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan-Mu.”

2. Bertutur Kata Baik Dan Lemah Lembut Kepada Orang Tua

Jangan lah kamu melukai perasaan kedua orang tuamu dengan perkataan yang kasar, mencaci maki, membentak dan lain sebagainya. Bahkan mengatakan kata “ah/cis” saja dilarang dalam Al Quran.
وَالَّذِي قَالَ لِوَالِدَيْهِ أُفٍّ لَكُمَا أَتَعِدَانِنِي أَنْ أُخْرَجَ وَقَدْ خَلَتِ الْقُرُونُ مِنْ قَبْلِي وَهُمَا يَسْتَغِيثَانِ اللَّهَ وَيْلَكَ آمِنْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَيَقُولُ مَا هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘Cis (ah)’ bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku ? lalu kedua orang tua itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, “Celaka kamu, berimanlah ! Sesungguhnya janji Allah adalah benar” Lalu dia berkata, “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu” [Al-Ahqaaf : 17]

3. Memberikan Nafkah Dan Memberikan Kehidupan Yang Layak Kepada Orang Tua

Tidak ada yang bisa menggantikan atau membayar pengorbanan kedua orang tua. Meski begitu menjadi kewajiban bagi setiap anak untuk memberikan nafkah yang halal kepada orang tuanya.
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui” [Al-Baqarah :  215].

4. Merawat Orang Tua pada Saat Usia Senja

Sungguh tega hati seorang anak yang menelantarkan orang tuanya yang sudah tua renta. Meskipun merawat orang tua memang tidaklah mudah tapi setiap usaha yang dilakukan percayalah akan mendatangkan pahala yang berlipat.
“Sungguh terhina, sungguh terhina, sungguh terhina.” Ada yang bertanya, “Siapa, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, ”(Sungguh hina) seorang yang mendapati kedua orang tuanya yang masih hidup atau salah satu dari keduanya ketika mereka telah tua, namun justru ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim no. 2551)

Simak Video 2 Cara Menghormati Orang Tua - Buya Yahya Menjawab berikut ini:

Cara Menghormati Orang Tua Yang Telah meninggal Dunia dalam islam :

Doa mukmin yang hidup kepada mukmin yang telah meninggal, Allah jadikan sebagai doa yang mustajab. Doa anak soleh kepada orang tuanya yang beriman, yang telah meninggal, Allah jadikan sebagai paket pahala yang tetap mengalir.
Ilmu yang diajarkan oleh seorang guru muslim kepada masyarakat, akan menjadi paket pahala yang terus mengalir, selama ilmu ini diamalkan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Apabila seseorang mati, seluruh amalnya akan terputus kecuali 3 hal: sedekah jariyah, ilmu yang manfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.” (HR. Muslim 1631, Nasai 3651, dan yang lainnya).
Bahkan ikatan iman ini tetap Allah abadikan hingga hari kiamat. Karena ikatan iman ini, Allah kumpulkan kembali mereka bersama keluarganya di hari kiamat.
وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ شَيْءٍ
Orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.” (QS. At-Thur: 21).
Anda yang beriman, orang tua beriman, anak cucu beriman, berbahagialah, karena insyaaAllah akan Allah kumpulkan kembali di surga.

Cara untuk Berbakti kepada Orang Tua Yang telah meninggal

Setelah orang tua meninggal, ada banyak cara bagi si anak untuk tetap bisa berbakti kepada orang tuanya. Mereka tetap bisa memberikan kebaikan bagi orang tuanya yang telah meninggal, berupa aliran pahala. Dengan syarat, selama mereka memiliki ikatan iman.
Lebih dari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada salah seorang sahabat untuk melakukan beberapa amal, agar mereka tetap bisa berbakti kepada orang tuanya.

Dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, ‘Ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah. Orang ini bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah masih ada cara bagiku untuk berbakti kepada orang tuaku setelah mereka meninggal?’ Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
نَعَمْ، الصَّلَاةُ عَلَيْهِمَا، وَالِاسْتِغْفَارُ لَهُمَا، وَإِيفَاءٌ بِعُهُودِهِمَا مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِمَا، وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا، وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِي لَا تُوصَلُ إِلَّا بِهِمَا
Ya, menshalatkan mereka, memohonkan ampunan untuk mereka, memenuhi janji mereka setelah mereka meninggal, memuliakan rekan mereka, dan menyambung silaturahmi yang terjalin karena sebab keberadaan mereka.” (HR. Ahmad 16059, Abu Daud 5142, Ibn Majah 3664, dishahihkan oleh al-Hakim 7260 dan disetujui adz-Dzahabi).
Makna ‘menshalatkan mereka’ memiliki beberapa kemungkinan,
  • Menshalatkan jenazah mereka
  • Mendoakan mereka dengan doa rahmat.
  • Mendo'akan kedua orang tuanya dengan khidmat dan ikhlas.
  • Memohonkan ampun kepada Allah atas kesalahan-kesalahannya.
  • Melaksanakan semua pesan, wasiat dan menjunjung tinggi nama baik kedua orang tua.
  • Menyambung tali silahturahim kepada mereka yang sering dikunjungi oleh kedua orang tuanya.
  • Menghormat para sahabat kedua orang tanya saat masih hidup.
Demikian keterangan as-Sindi yang dikutip Syuaib al-Arnauth dalam Tahqiq beliau untuk Musnad Imam Ahmad (25/458).
Diantara doa yang Allah perintahkan dalam Al-Quran adalah doa memohonkan ampunan untuk kedua orang tua kita,
وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Berdoalah, Ya Allah, berilah rahmat kepada mereka (kedua orang tua), sebagaimana mereka merawatku ketika kecil.” (QS. Al-Isra: 24)

Hikmah menghormati orang tua (birrul walidain)

1. Termasuk amalan yang lebih dicintai oleh Allah

Abdullah bin Mas'ud pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang amalan yang mana yang lebih dicintai oleh Allah? Beliau menjawab:
Shahih Muslim 123
123 حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَفْضَلُ الْأَعْمَالِ أَوِ الْعَمَلِ الصَّلَاةُ لِوَقْتِهَا وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ *
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Jarir dari al Hasan Ubaidullah dari Abu Amru asy Syaibani dari Abdillah dari Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Amalan-amalan yang paling utama adalah shalat pada waktunya dan berbakti kepada orang tua.”

2. Akan dihormati oleh anak-anaknya

Artinya: Bersabda Rasulullah SAW: berbaktilah kepada bapak-bapak kamu, niscaya anak-anakmu berbuat baik kepadamu, dan peliharalah kehormatanmu dirimu,niscaya ister-isteri kamu memelihara kehormatan dirinya (H.R. Thabrani dengan sanad hasan).

3. Mendapat ridho dari Allah karena diridhoi orang tua.

Dari Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: “Keridhoan Allah itu di dalam keridhoan orang tua dan kemarahan Allah itu di dalam kemarahan kedua orang tua.” (HR. al-Tirmidzi)
Di dalam hadits ini bukan saja terdapat himbauan untuk berbakti kepada kedua orang tua, tetapi juga seruan untuk mendapatkan kerelaan mereka berdua. Kedudukan orang tua nomor dua setelah Allah swt. Allah tidak rela dengan kita, kecuali setelah orang tua kita ridho dengan kita, yaitu dengan cara mengabdi kepada beiiau berdua.
Adakah kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita itu, karena beliaulah yang menjadikan sebab kita berada di dunia ini dan yang mendidik, mengasuh serta memenuhi segala keperluan kita. Oleh karena itu, kita tidak boleh mendurhakainya walupun dengan ucapan “ah”.

Sumber : Baiti Nurafiati